Jumat, 05 Desember 2008

Ketidaksadaran Masyarakat Yogyakarta Akan Bahaya Sampah Menjadi Cerminan Mentalitas Bangsa Indonesia dalam Menghadapi Masalah Lingkungan

Introduksi

Dewasa ini ada begitu banyak permasalahan-permasalahan lingkungan yang harus dihadapi manusia, yang pada dasarnya diakibatkan oleh manusia sendiri. Manusia harus menghadapi bencana-bencana yang sudah dan akan menimpanya akibat kesalahan-kesalahannya di masa lampau. Upaya-upaya pencegahan akan datangnya bencana terus-menerus dilakukan. Upaya-upaya yang dilakukan senantiasa berdatangan dari para ilmuwan dan para pencinta lingkungan. Kita dapat melihat kalau masyarakat terutama di Indonesia nampaknya sama sekali tidak peduli mengenai lingkungannya. Masyarakat tidak mempedulikan lingkungannya dan hanya berusaha mengurusi kepentingannya sendiri, terlebih lagi penduduk Indonesia yang mayoritas berada di bawah garis kemiskinan. Orang-orang ini justru akan lebih mementingkan kepentingan perut dan kelangsungan hidup mereka untuk hari ini daripada memikirkan lingkungannya dan masa depan yang nampak abstrak bagi mereka.

Salah satu masalah lingkungan yang sangat sering diangkat, namun juga paling mudah dilupakan adalah sampah. Masalah sampah adalah masalah di seluruh dunia. Dimana ada manusia disana pasti ada sampah. Tidak ada tempat di dunia ini yang yang bersih dari sampah jika ada manusia di dalamnya, begitu juga halnya di kota Yogyakarta ini. Dapat diamati bahwa kota Yogyakarta saat ini juga sedang dilanda dengan bencana sampah. Pengelolaan dan penanganan sampah yang kurang baik di kota ini bisa menimbulkan bencana, tetapi nampaknya hal ini belum disadari oleh penduduk kota ini karena memang dampaknya belum begitu banyak terasa, terlebih lagi untuk penduduk yang bertaraf ekonomi menengah ke atas. Pola hidup penduduk di kota Yogyakarta ini bisa menjadi cerminan dari pola hidup bangsa Indonesia dalam mengatasi masalah sampah.

Sampah-sampah yang dapat membahayakan kelangsungan hidup adalah sampah-sampah anorganik. Seperti yang kita ketahui sampah anorganik adalah sampah yang tak bisa diurai oleh tanah dan banyak dihasilkan oleh manusia, jadi manusianya juga perlu dibenahi dan bukan hanya sampahnya saja yang ditanggulangi. Dapat diamati bahwa sudah ada upaya-upaya dari pemerintah Indonesia untuk menanggulangi sampah, misalnya dengan pengadaan dua tong sampah guna memilah sampah organik dan anorganik. Nampaknya banyak orang yang tidak menyadari dampak sampah bagi kelangsungan hidupnya, maka dari itu peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya ini sering dihiraukan. Kelemahan pemerintah khususnya pemeritah kota Yogyakarta dalam usahanya memerangi sampah adalah masih kurang mensosialisasikan pentingnya penanggulangan sampah dengan serius, karena dapat dilihat bahwa masalah terbesar adalah datang dari kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya sampah.

APAKAH SAMPAH ITU?

Dalam bahasa Indonesia makna sampah sebenarnya digunakan untuk barang yang sudah tidak dipakai lagi atau untuk barang-barang yang sudah lagi tak berguna. Barang-barang yang dianggap tak berguna ini adalah barang-barang yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Nampaknya ada suatu makna pergeseran atau ketidakmengertian di masyarakat mengenai makna sampah. Barang-barang yang sebenarnya masih bisa digunakan seringkali juga dianggap sebagai sampah. Melalui suatu survey pada tempat-tempat sampah di kota Yogyakarta dapat dilihat bahwa sekitar 30 % sampah yang berada pada tempat-tempat pembuangan ini didominasi oleh barang-barang yang masih bisa digunakan. Saya menganggap ada suatu pola hidup penduduk Indonesia, khususnya Yogyakarta yang “sok kaya”. Saya melihat bahwa pergeseran makna ini dikarenakan barang-barang yang dianggap sampah ini dianggap sebagai barang yang murah. Barang seperti kantong plastik pasti sangat mudah didapatkan dimana saja, selain itu kantong plastik ini bisa didapat tanpa harus membeli. Hal ini berbeda dengan penduduk Korea, satu buah kantong plastik saja bisa berharga sekitar dua puluh ribu rupiah, jadi penduduk korea pasti akan berpikir dua kali jika mau membuang sebuah kantong plastik. Saya pikir perlu ada perbaikan mengenai pemahaman masyarakat mengenai apa makna sampah itu sebenarnya. Mayarakat seharusnya bisa membedakan mana yang sebenarnya sampah dan mana yang bukan.

SAMPAH YANG DIHASILKAN MASYARAKAT

Masyarakat merupakan penghasil sampah terbesar. Sampah yang dihasilkan masyarakat ini terdiri dari sampah organik, sampah anorganik dan sampah berbahaya. Sampah organik adalah sampah yang bisa diurai oleh tanah, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sukar terurai oleh tanah, penguraian sampah anorganik ini bisa berlangsung ratusan tahun. Sampah anorganik ini misalnya saja sampah plastik, logam, besi, kaleng, karet, botol, dan lain-lain. Sekalipun sampah anorganik ini bisa diuraikan oleh tanah, hasil penguraiannya ini masih akan menyebabkan polusi tanah. Sampah anorganik adalah sampah yang banyak dihasilkan oleh manusia dalam aktivitas kesehariannya. Sampah-sampah ini sangat lekat dengan kehidupan manusia, bahkan manusia tergantung pada penggunaannya.. Sampah-sampah ini dianggap memudahkan aktivitas manusia dan manusia sangat sulit untuk lepas darinya karena kebiasaan yang ada di masyarakat.

Jika diamati jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang yang kita gunakan sehari-hari. Begitu pula dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah mau tidak mau tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup akan sangat berpengaruh pada volume sampah.1

AKIBAT SAMPAH

  1. Sampah yang Mengakibatkan Polusi Tanah

Dapat diamati bahwa seringkali masyarakat tidak mengerti makna dari polusi tanah dan maka dari itu seringkali masyarakat menghiraukan hal-hal yang dapat mengakibatkan polusi tanah yang padahal dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Polusi tanah adalah suatu kemerosotan kualitas tanah di bumi yang seringkali diakibatkan oleh aktivitas manusia dan penyalahgunaan.2 Polusi tanah bisa yang paling sering terjadi adalah diakibatkan oleh sampah,terutama sampah anorganik dan jenis-jenis sampah berbahaya. Sampah-sampah anorganik yang merupakan sampah-sampah yang tak bisa diurai menjadikan tanah kehilangan unsur hara. Akibat kehilangan unsur hara ini tanah menjadi tidak subur lagi, dan akhirnya tanah tidak lagi produktif.

Tanah yang tidak subur dan produktif bisa menjadi masalah besar yang sangat mengganggu kelangsungan hidup manusia. Dengan adanya lahan-lahan yang tidak produktif tadi, maka akan ada kesulitan untuk bercocok tanam. Kesulitan bercocok tanam ini tentu sangat mempengaruhi manusia dalam memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan pangan. Dapat dibayangkan bahwa berkurangnya lahan yang produktif ini bisa menyebabkan kelaparan dimana-mana nantinya. Dengan adanya polusi tanah bisa saja membuat tanah tidak lagi menghasilkan tanaman-tanaman secara sempurna. Tanaman-tanaman yang tidak sempurna ini bisa saja mengganggu kesehatan jika hasil tanaman-tanaman ini dikonsumsi oleh manusia. Mungkin dampak seperti ini masih belum begitu terasa, namun diyakini bahwa kelangkaan tanah yang produktif akibat polusi tanah karena sampah bisa saja terjadi dalam puluhan tahun kedepan.

Selain dampak polusi tanah bisa meyebabkan hilangnya unsur hara dalam tanah, polusi tanah juga memiliki dampak terhadap air tanah. Diduga dengan adanya polusi tanah maka akan ada juga polusi air yang berada di dalam tanah. Polusi air tanah akibat sampah ini bisa sangat membahayakan kesehatan manusia karena air tanah terkontaminasi oleh unsur-unsur kimia yang terkandung dalam sampah Dapat kita lihat bahwa air tanah adalah air yang paling sering digunakan untuk aktivitas sehari-hari, terutama di Indonesia. Masyarakat Indonesia bahkan menggunakan air tanah yang dimasak sebagai air minum. Adanya polusi air tanah ini tentunya bisa sangat membahayakan bagi warga yang mengkonsumsi air tanah. Melalui polusi air tanah ini nampak jelas adanya suatu dampak yang besar dari polusi tanah karena sampah.

  1. Sampah yang Mengakibatkan Pemanasan Global

Sebelum membahas mengenai bagaimana sampah bisa menyebabkan pemanasan global, pertama-tama yang perlu dubahas adalah apakah makna dari pemanasan global itu sendiri, karena masyarakat seringkali hanya mengetahui pemanasan global adalah hanya karena efek rumah kaca. Ketidakpahaman masyarakat ini tak jarang membuat masyarakat melakukan hal semaunya. Pemanasan global adalah suatu peningkatan suhu di permukaan bumi yang disebabkan meningkatnya kadar karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). yang mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.3

Jika dicermati, ada dampak tidak langsung dari polusi tanah yang ikut mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Melalui adanya polusi tanah maka tanah menjadi tak produktif dan tidak bisa ditanami lagi. Berkurangnya jumlah lahan yang bisa ditanami oleh pohon tentu saja akan mengakibatkan pemanasan global yang akan mempersingkat umur bumi, karena tanpa pohon kadar CO2 tidak bisa diimbangi dengan kadar O2. Jadi polusi tanah akibat sampah ini secara tidak langsung menyebabkan pemanasan global. Dapat dilihat pemanasan global akibat polusi tanah masih belum begitu banyak diperbincangkan, karena dampak dari polusi tanah pada pemanasan global masih sangat sedikit.

Pengelolaan sampah yang kurang baik bisa juga menyebabkan adanya pemanasan global. Penumpukan sampah pada TPA bisa menghasilkan CO2, yang mana kita ketahui bahwa CO2 bisa mengakibatkan pemanasan global.4 Selain penumpukan sampah, pembakaran sampah juga bisa menghasilkan CO2. Besarnya gas karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran dan penumpukkan sampah ini tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. Pembakaran sampah juga bisa mengakibatkan adanya gangguan pernafasan pada manusia dan juga menyebabkan polusi tanah. Selain penumpukkan sampah bisa menyebabkan pemanasan global, penumpukkan sampah juga bisa mengakibatkan penyakit bagi manusia. Penyakit-penyakit yang diakibatkan sampah ini adalah penyakit yang cukup banyak melanda penduduk Indonesia. Dibutuhkan suatu pengelolaan yang baik terhadap sampah, karena pengelolaan sampah yang salah bisa membahayakan kelangsungan hidup manusia.


  1. Sampah yang Mengakibatkan Banjir

Dapat diamati bahwa banjir sudah menjadi bagian dari kelangsungan hidup manusia terutama di Indonesia. Banjir yang biasa terjadi disebabkan oleh warga yang sering membuang sampah di sungai-sungai atau saluran air. Jika dicermati saluran-saluran air di Indonesia khususnya, tidak bisa luput dari sampah. Sampah-sampah ini seringkali adalah sampah yang biasanya berasal dari sampah hasil aktivitas manusia. Pembuangan sampah ke aliran-aliran sungai ini membuat sungai-sungai menjadi banjir. Selain itu polusi tanah yang diakibatkan oleh sampah juga bisa mengakibatkan banjir. Dengan kemerosotan produktifitas tanah maka akan ada kesulitan bercocok tanam yang mempengaruhi jumlah tanaman. Berkurangnya jumlah tanaman ini akan mengurangi penyerapan air oleh pohon dan hal ini bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor. Pemanasan global yang juga disebabkan oleh sampah tidak bisa dipungkiri dapat juga menyebabkan banjir.

Dari sisi ini dapat dilihat bahwa sampah bisa membawa dampak negatif yang sangat luas jika berada dalam pengelolaan yang tidak tepat, maka dari itu dibutuhkan pengelolaan sampah yang tepat guna mencegah hal-hal buruk terjadi. Tidak hanya harus ada usaha dari pemerintah, tetapi juga harus ada usaha dari masyarakat untuk mau menanggulangi masalah sampah ini.

SIKAP PEMERINTAH MENGHADAPI SAMPAH

Sampah sudah menjadi masalah global di masyarakat. Pemerintah sudah melakukan banyak upaya untuk menanggulangi sampah. Penanggulangan sampah yang seringkali dilakukan oleh pemerintah Indonesia, termasuk juga pemerintah kota Yogyakarta adalah memindahkan sampah. Pemindahan sampah dari sungai atau dari tempat-tempat sampah tanpa disadari sebenarnya juga mengganggu kehidupan di pemukiman di sekitar tempat dimana sampah itu dipindahkan. Tentunya kita sadar pemindahan sampah bukanlah suatu solusi pemecahan masalah menghadapi sampah, melainkan upaya memindahkan masalah saja. Pemerintah hanya berusaha membuat masyarakat senang, walaupun kesenangan ini juga disadarai sebagai kesenangan yang sementara saja.

Hal yang baik yang dilakukan pemerintah adalah upaya pemerintah untuk mencoba melakukan pemilahan sampah dengan mengadakan dua tong sampah untuk sampah organik dan sampah anorganik. Pemerintah sudah menyadari pentingnya pemilahan sampah ini. Pemilahan sampah ini akan sangat memudahakan pengelolaan sampah nantinya. Hal yang mesti dikoreksi tindakan pemerintah ini adalah kurang adanya suatu sosialisasi terhadap masyarakat mengenai hal ini. Banyak masyarakat yang tidak mengerti apa makna adanya pemilahan sampah tersebut. Berangkat dari ketidakmengertian masyarakat tersebut, maka masyarakat menjadi tidak peduli akan adanya pemilahan sampah ini. Saat ini pemerintah juga berusaha menanggulangi metode pengelolaan sampah yang seringkali keliru. Salah satu upaya yang pemerintah lakukan adalah dengan mengeluarkan UU mengenai pengelolaan sampah. Dari sini nampak adanya kesadaran dari pemerintah bahwa ada suatu kesalahan dalam metode pengelolaan sampah saat ini.

Selain kurangnya sosialisasi akan pemilahan sampah ini, pemerintah juga tidak mendidik masyarakat mengenai bagaimana cara mengelola sampah yang baik. Masyarakat kebanyakan hanya berpikir bahwa dengan membakar sampah akan selesai sudah masalahnya. Seharusnya pemerintah membuat suatu program yang bisa mendidik masyarakat untuk mengetahui bagaimana cara mengelola sampah, karena kita semua sudah tahu bahwa banyak dari penduduk masyarakat Indonesia yang kurang berpendidikan, terutama mengenai hal ini. Pemerintah perlu mendidik masyarakatnya dengan pola hidup hemat, karena pola hidup yang boros juga mempengaruhi intensitas sampah di Indonesia.

KESADARAN MASYARAKAT AKAN SAMPAH

Dapat dilihat dari pola kehidupan masyarakat Indonesia saat ini bahwa masyarakat masih kurang peduli dengan keberadaaan dan bahaya sampah bagi kehidupan sehari-harinya.Salah satu pola hidup masyarakat yang Indonesia yang seperti ini juga tercermin dalam pola hidup masyarakat kota Yogyakarta. Masyarakat kota Yogyakarta mencerminkan suatu sikap yang acuh terhadap sampah. Masyarakat ini masih senang membuang sampah di sembarang tempat, selain itu masyarakat yang bermukim di daerah dekat sungai masih sering melakukan pembuangan sampah ke sungai. Masyarakat seolah-olah tidak tahu apa dampak pembuangan sampah ke airan-aliran air dapat menyebabkan banjir. Ada hal yeng perlu diteliti, sebenarnya apakah masyarakat tidak mengerti dampak dan bahaya sampah atau masyarakat memang tidak memiliki kesadaran, karena masyarakat tidak ikut mengalami dampaknya langsung.

Pada suatu kesempatan saya mengamati suatu jalan di daerah Seturan. Dari hasil pengamatan saya, saya mendapati bahwa dalam dua jam ada dua puluh empat sampah yang dibuang ke jalan. Dari sini dapat dilihat cerminan masyarakat Yogyakarta yang masih sering membuang sampah sembarangan, khususnya di jalan. Bagian jalan yang saya amati kira-kira hanya radius dua ratus meter dari tempat saya mengamati. Dapat dibayangkan jika dalam 200 meter jalan terdapat 24 buah sampah tiap jamnya, maka jumlah sampah yang diproduksi oleh manusia dalam tiap jamnya sangatlah banyak, belum lagi di daerah-daerah lain di luar daerah Seturan Dari sampah yang jatuh ke jalan itu saya mengamati juga bahwa dari 24 buah sampah tersebut 21 buah sampah yang jatuh ke jalan tersebut merupakan sampah anorganik, sampah jika dapat menyebabkan polusi tanah. Dari sisi ini juga dapat dilihat bahwa sampah yang yang dihasilkan oleh manusia didominasi oleh sampah anorganik.

Jika dicermati lagi sampah yang saya amati disini hanya sampah yang ada di jalan, belum lagi sampah-sampah yang ada di rumah-rumah warga. Dalam kesempatan yang sama saya mencoba melakukan wawancara singkat dengan para pengguna jalan yang membuang sampah ke jalan. Keempat orang yang saya wawancarai ternyata semuanya itu menyadari akan adanya bahaya yang mengancam yang diakibatkan oleh sampah. Beberapa hal yang disayangkan adalah mereka hanya mengetahui bahwa bahaya sampah hanyalah sebatas banjir dan penanggulangan sampah adalah membuang sampah pada tempatnya, yang mana hal ini juga belum mereka lakukan.5

Di satu kesempatanyang sama saya juga bertanya pada responden bagaimana cara yang baik dalam melakukan pengelolaan atas sampah yang telah mereka hasilkan. Sebagian responden yang saya wawancarai setuju mengenai cara memusnahkan sampah adalah dengan cara dibakar. Selain itu menurut hasil pengamatan saya di daerah pemukiman penduduk di Seturan, sebagian besar penduduk memang melakukan penanganan sampah dengan memusnahkannya dengan cara dibakar. Penduduk Seturan ini bisa dijadikan cerminan dari penduduk kota Yogyakarta dan penduduk Indonesia tentunya mengenai bagaimana bangsa Indonesia menangani sampah.

Adanya bahaya sampah yang mengancam bukan semata-mata karena mentalitas bangsa Indonesia yang gemar membuang sampah sembarangan. Jika mau diselidiki kita bisa mendapatkan jawaban mengapa bisa timbul suatu budaya di tengah-tengah bangsa Indonesia untuk membuang sampah sembarangan.

Penduduk Yogyakarta yang bisa menjadi cerminan bangsa Indonesia ini menggambarakan bahwa betapa masyarakat seolah-olah acuh tak acuh terhadap krisis yang terjadi pada alam sekitarnya. Melalui wawancara yang saya lakukan saya bisa mendapati beberapa alasan mengapa masyarakat saat ini kurang sadar akan keadaan lingkungannya. Nampaknya masyarakat masih menganggap bahwa masalah sampah adalah hanya masalah pemerintah. Hal ini menimbulkan adanya sikap acuh tak acuh dari masyarakat. Masyarakat senantiasa membuang sampah tidak pada tempatnya. Selain itu dapat juga diamati bahwa orang-orang yang sebenarnya sudah mengetahui bahaya sampah tetap saja membuang sampah tidak pada tempatnya. Nampaknya dampak negatif dari sampah belum begitu terasa bagi penduduk di kota Yogyakarta saat ini, maka dari itulah penduduk masih tidak peduli akan bahaya sampah. Jika dicermati, membuang sampah pada tempatnya saja belum bisa menyelesaikan masalah, terlebih lagi jika sampah dibuang begitu saja dengan sembarangan. Padahal kita tahu bahwa pembuangan sampah yang sembarangan ini dapat menyebabkan polusi tanah yang tersebar dimana-mana dan hal ini akan memperluas serta mempercepat datangnya bencana.

Penanganan sampah yang baik juga menentukan dampak dari sampah. Pengelolaan sampah yang kurang baik bisa mengakibatkan polusi tanah ataupun polusi udara yang bisa sangat mengganggu kehidupan manusia. Yang perlu dicermati disini adalah tindakan pemerintah yang kurang mendidik masyarakatnya mengenai bagaimana mengelola sampah yang baik. Pemerintah belum menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk menanggulangi masalah sampah. Masyarakat yang tidak mengerti cara mengelola sampah yang baik tentu saja tetap melanjutkan aktivitasnya mengelola sampah dengan cara yang mereka anggap benar, yang padahal sangat merusak lingkungan sekitarnya.



REFLEKSI TEOLOGIS

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa selain adanya ketidaktuan masyarakat, ada juga suatu sikap masyarakat yang acuh tak acuh terhadap lingkungannya, meskipun sebagian masyarakat sudah mengetahui bahaya sampah. Sikap acuh ini menunjukkan suatu mentalitas bangsa Indonesia yang memang kurang peduli terhadap lingkungannya. Mentalitas yang ada di masyarakat saat ini tentunya sangat dipengaruhi oleh agama yang dianut. Salah satu agama yang turut mempengaruhi mentalitas masyarakat adalah agama Kristen. Dalam kekristenan diakui bahwa melalui iman Kristen akan ada suatu pembaruan diri. Salah satu aspek pembaruan diri ini adalah adanya suatu perubahan mentalitas. Perubahan dari suatu mentalitas yang buruk kepada mentalitas yang baik.

Satu hal yang perlu kita lihat saat ini adalah iman Kristen seringkali hanya mengubah suatu mentalitas seseorang dalam kerangka hubungannya dengan dirinya, Tuhan dan orang lain. Iman Kristen kurang menyentuh mentalitas dalam kerangka hubungan seorang Kristen dengan alam sekitarnya. Seorang teolog berpendapat bahwa teologi Kristen ini lebih cenderung bersifat antroposentris. Dapat juga dicermati bahwa sangat jarang ditemukan pendeta yang berkhotbah masalah lingkungan. Teologi Kristen seharusnya lebih menyadari akan kekosongan ini. Kesadaran akan Tuhan yang hadir dimana-mana dalam teologi Kristen seharusnya membawa kita pada pemahaman bahwa Allah juga turut hadir dalam alam ini. Berangkat dari hal ini orang Kristen bisa memiliki suatu mentalitas yang mencintai alamnya.

Selain melalui tinjauan tadi, perlu diperhatikan bahwa kasih adalah inti dari ajaran Kristen. Ajaran Kristen ini tentunya bisa diaplikasikan dalam kerangka hidup menjaga alam ini. Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi manusia, mengasihi manusia bisa diaplikasikan dalam berbagai tindakan dan perilaku. Dalam rangka mencintai sesama manusia, maka karena kita tak mau sesama kita menderita karena kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pola perilaku kita, kita seharusnya menjaga alam ini. Kesimpulannya adalah bahwa dengan merusak lingkungan ini maka berarti kita juga sudah menyakiti sesama kita dan hal inilah yang sangat ditentang oleh kekristenan.

Masalah-masalah yang ada di lingkungan saat ini merupakan masalah gereja juga. Melalui pembaruan mentalitas yang mencintai lingkungan yang bisa dilakukan oleh gereja, maka akan muncul kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitarnya. Masyarakat akan sadar untuk menjaga lingkunganya, bukan hanya untuk sesamanya, tetapi juga untuk diriya sendiri.

KESIMPULAN

Sampah merupakan masalah besara yang perlu dihadapi oleh seluruh umat manusia. Akibat-akibat sampah yang menyengsarakan kelangsungan hidup manusia perlu disadari oleh masyarakat, terutama masyarakat Indonesia. Ketidaksadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya seringkali menjadi penyebab utama lingkungan. Jika kita menelusuri ketidaksadaran yang ada di masyarakat ini, maka kita akan menemui masalah-masalah yang sebenarnya yang terjadi dibalik ketidaksadaran ini. Ketidaksadaran bisa terjadi karena ketidaktahuan masyarakat, selain itu ketidaksadaran bisa terjadi karena dampak yang belum dirasakan dan tak jarang ketidaksadaran terjadi karena kebiasaan yang sudah mendarah daging dan diwariskan turun-temurun. Kebiasan-kebiasaan buruk yang senantiasa dipelihara pastinya dipengaruhi oleh mentalitas seseorang. Kita dapat melihat mentalitas manusia yang “cuek” terhadap sekitarnya dan sikap yang egosentris. Jika seseorang tahu bahwa sekitarnya sedang menuju kehancuran, namun ia hanya diam saja dan bahkan ikut merusak, padahal sekitarnya membutuhkan suatu perubahan sikap, perilaku dan pola pikir, seseorang ini pastilah memiliki masalah di dalam dirinya. Masalah yang ada dalam diri orang tersebut pastinya berasal dari mentalitas orang tersebut yang perlu diubah.

Menghadapi masalah lingkungan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Pemerintah, masyarakat dari berbagai lapisan dan gereja sebagai lembaga di masyarakat harus bekerja sama menanggulangi masalah lingkungan, dimana salah satunya adalah sampah. Pembangunan kesadaran akan masyarakat mengenai bahaya sampah seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan gereja. Keduanya berperan penting dalam membangun kesadaran masyarakat akan lingkungannya.

1 komentar:

mbahsalikun@gmail.com mengatakan...

Sebenarnya mengatasi mslh sampah tdk lah sulit,apa yg sy maksudkan sdh sy lakukan lebih 8 th dan bahkan membantu para warga hampir seIndonesia,semuanya berhasil atasi sampah yg ada,dampak negatip lain sy kira tdk ada(bila tdk di ada adakan)bila berkenan buka teknologitpa.blogspot.com